Alhidayah: Puasa Merupakan Ibadah Batin

Alhidayah: Puasa Merupakan Ibadah Batin

Ambon,Wartamaluku.com – Pembina Al-Hidayah Provinsi Maluku, Ny. Hj. Retty Assagaff menegaskan, puasa adalah ibadah batin untuk mengolah rasa. Pernyataan tersebut disampaikannya pada acara Buka Puasa Bersama Pengurus dan Anggota Al-Hidayah Maluku, di Negeri Tial, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Selasa (20/6).

“Melalui ibadah batin ini, kita menjadi tidak mudah marah, tidak mudah emosi, tidak suka membicarakan kejelekan orang lain, mengumpat, menyebar fitnah dan sebagainya,” ujar Hj. Retty Karena itu, dia mengajak semua umat Muslim di daerah ini, untuk memanfaatkan sebaik-baiknya bulan suci Ramadan ini, untuk mengedukasi dan menempa nafsu dan jiwa kita, yang dimulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar. “Karena jiwa yang kotor akan dijauhkan dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala, serta jiwa yang dikuasai oleh nafsu amarah, akan menjadi sumber berbagai kejahatan dan kerusakan di dalam keluarga dan masyarakat,” katanya mengingatkan.

Di bulan yang penuh berkah ini, Hj. Retty juga mengingatkan semua umat, untuk melindungi diri, keluarga dan masyarakat dari berbagai ancaman kejahatan, yang dapat merusak moral bangsa kita dewasa ini.

“Ancaman tersebut diantaranya narkoba, kekerasan seksual, sadisme atau begal, radikalisme dan terorisme. Termasuk menguatnya paham etno-nasionalisme yang ditandai dengan sering terjadinya perkelahian antarkampung, seperti yang sering terjadi di Maluku,” ungkapnya. Ancaman lain, tambah Hj. Retty yaitu tawuran antarsiswa, kerusakan lingkungan global, dan sebagainya. Semua ini menurutnya, disebabkan oleh jiwa yang dikuasai nafsu amarah, yang menjadi ancaman terhadap peradaban negara.

“Maka sejatinya, puasa yang kita laksanakan, bukan hanya untuk menggugurkan kewajiban, tetapi seharusnya puasa bermakna untuk pembentukan pribadi yang memiliki kualitas hidup yang terbaik,” imbuhnya. Dia katakan, puasa mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan manusia.

Sebab puasa merupakan ibadah yang bersentuhan langsung dengan upaya kita melakukan pengendalian diri dari hawa nafsu. Pada dasarnya, menurut Hj. Retty, nafsu merupakan fitrah manusia, karena dengan potensi akal dan nafsulah manusia bisa membangun peradabannya.

“Tetapi dengan nafsu dan akal pula, manusia bisa menjadi makhluk yang paling buas dan hina,” tandasnya. Dia berharap ibadah puasa kali ini, benar-benar meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan, serta rasa solidaritas sosial di antara sesama anak bangsa.

Pos terkait