Jangan Bersaing Tapi Berkolaborasi, Ibu Anak Lima Sukses Kembangkan Usaha Kain Tenun

Makassar, Wartamaluku.com – Ibu lima anak di Makasar Provinsi Sulawesi Selatan berhasil dengan sukses mengembangkan usaha kain tenun hinga manca negara.

Ibu rumah tangga Lindayati pemilik tenun Fenisa 05 dari kota Makasar saat dikunjungi wartawan mitra Bank Indonesia Maluku di rumah produksinya di Jalan Telegraf 3C Nomor 53, Telkomas, Makassar, Kamis (9/10/2025) menceritakan kisahnya saat merintis usaha keluarga mulai dari benang kapas hingga menjadi karya bernilai puluhan juta rupiah.

Lindayati adalah pelaku UMKM asal Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, yang menekuni usaha Tenun Fenisa 05, warisan dari sang ibu yang telah menenun sejak gadis.

Usaha tenun tradisionalnya yang semula dianggap rumit dan kurang menjanjikan, kini berkembang pesat. Tenun Fenisa 05 dikenal menghasilkan Tenun Ikat Sekomandi, kain khas Sulawesi Selatan yang sarat filosofi persahabatan dan kekuatan. Produk ini pernah diborong langsung oleh pejabat tinggi seperti Pangdam dan Menteri, dengan harga tinggi tanpa tawar menawar.

Lindayati mulai serius menekuni usaha ini sejak tahun 2018, setelah mendapat kunjungan dari Ibu Gubernur Sulawesi Selatan. Sejak saat itu, ia bergabung dalam binaan yang difasilitasi oleh Bank Indonesia pada tahun 2019, dan terus berkembang hingga saat ini.

Sentra Tenun Fenisa 05 berlokasi di Jl. Telegraph III Blok C3 No. 55, Telkomas, Kelurahan Berua, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar. Lokasi ini juga menjadi tempat belajar dan kunjungan bagi mahasiswa dari berbagai daerah bahkan manca Negara.

Perubahan cara pandang Lindayati berawal dari kesadaran bahwa warisan ibunya menyimpan potensi besar.

“Dulu saya suka marah kalau rumah itu berantakan karena alat tenun, tapi setelah ibu Gubernur berkunjung kesini (rumah) saya mulai terinspirasi bahwa ini bisa jadi lebih besar bahkan bisa menjadi sumber kehidupan untuk keluarga”, ungkapnya.

Dari inspirasi itulah membuat Ibu lima anak ini mulai belajar membuat benang menjadi kain bernilai jutaan rupiah. Ia pun mulai menceritakan kesuksesan dalam proses pembuatan tenun ini hingga bisa terjual.

“Jadi proses pembuatan ini dilakukan dengan cara tradisional, mulai dari benang kapas mentah yang direndam dua hari dua malam, lalu dipermentasi dengan bumbu dapur alami seperti cabai, lengkuas, kemiri, dan kunyit selama 15 hari untuk memperkuat warna alami. Setelah dijemur dan dicuci berulang kali, benang ditenun secara manual menggunakan alat tradisional Plan. Satu kain itu dapat memakan waktu hingga tiga bulan untuk diselesaikan”, tuturnya

Selain itu, Lindayati juga sedikit menceritakan bagaimana aktif dalam berkolaborasi dengan desainer lokal dalam berbagai fashion show baik di Kota Makasar maupun di Jakarta bahkan serta event nasional seperti INAKRAF dan Karya Kreatif Indonesia (KKI) bersama Bank Indonesia.

“Untuk dukungan Bank Indonesia sangat besar, Bank Indonesia selalu membantu kami mulai dari promosi, pameran, hingga mencarikan pembeli.

“BI selalu mendukung kami. Kalau ada event atau tamu yang datang, kami disiapkan jadi mitra penyediaan suvenir. Bahkan kain saya pernah dibawa ke Dubai oleh BI Pusat,” ungkapnya bangga.

Dikatakan, tenun Fenisa 05 kini menjadi ikon tenun khas Sulawesi Selatan yang membuktikan bahwa warisan budaya, jika dikelola dengan tekun dan berkolaborasi, mampu mengangkat ekonomi keluarga.

Saat menutup perbincangannya, ibu rumah tangga yang sukses ini berpesan agar setiap UMKM itu tidak perlu bersaing dengan UMKM lain tetapi saling mendukung.

“Kalau kita mau untuk sukses, kita tidak perlu bersaing, tapi saling mendukung. Saling support, karena jika kita kolaborasi, semua saya yakin pasti bisa maju,” pesan Lindayati untuk sesama pelaku UMKM.(WM/tim).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *